DILAN NEWS, Seluma – Himpunan Mahasiswa Seluma (HIMASEL) melayangkan kritik keras terhadap pelaksanaan Forum Group Discussion (FGD) terkait rencana tambang emas di Kabupaten Seluma yang diselenggarakan pemerintah daerah. HIMASEL menilai forum tersebut hanya menjadi ajang formalitas tanpa membuka ruang dialog yang sebenarnya antara pemerintah dan mahasiswa.
Ketua Umum HIMASEL, Rego Bangkito, menyebut bahwa pemerintah seolah-olah sudah memiliki keputusan akhir sebelum FGD digelar. Dalam forum tersebut, mahasiswa tidak diberikan kesempatan bicara secara adil dan sering dipotong saat menyampaikan pendapat.
“Saya sudah 10 kali melakukan interupsi, tapi sama sekali tidak diindahkan oleh moderator maupun pihak pemerintah. Suara mahasiswa dianggap angin lalu. FGD ini tidak lebih dari panggung pencitraan untuk membenarkan kebijakan yang sudah disiapkan,” tegas Rego Bangkito, Rabu (22/10/2025).
Menurut Rego, mahasiswa Seluma hadir bukan untuk mencari sensasi, melainkan untuk memperjuangkan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat yang terancam oleh aktivitas tambang emas. Ia menilai pemerintah gagal memahami esensi dari FGD yang seharusnya menjadi ruang dengar dua arah.
“Pemerintah jangan hanya mendengar investor. Kami datang membawa data, argumen, dan keresahan rakyat. Tapi kalau forum dibuat sepihak, maka itu bukan FGD, itu monolog kekuasaan,” ujarnya.
HIMASEL mendesak agar pemerintah daerah Seluma menghentikan segala bentuk pembahasan tambang emas yang tidak melibatkan masyarakat dan mahasiswa secara nyata. HIMASEL juga menyerukan agar lembaga lingkungan, akademisi, dan media ikut mengawasi proses kebijakan ini agar tidak menimbulkan kerusakan sosial maupun ekologis di kemudian hari.
“Kami tidak akan diam. HIMASEL akan terus bersuara di mana pun sampai suara rakyat benar-benar didengar,” tutup Rego Bangkito. (Rls)








